Thursday 16 July 2009

Google Chrome OS Akankah Menyaingi Microsoft dan Mac

Google telah mengkonfirmasi, Selasa malam (07/7) untuk mengembangkan sebuah system operasi yang ringan berbasis Linux dan standard web untuk personal computer (PC). Langkah Google ini dilatarbelakangi untuk membantu user mendapatkan segalanya di web, menikmati pengalaman menarik di web, lebih dari yang dihasilkan dari search engine Google. Untuk itu, Google menciptakan Chrome OS yang telah dikembangkan mulai awal tahun ini.

System operasi Chrome (ChromeOS) ini diklaim Google akan bekerja lebih baik dibandingkan Windows, Mac OS X, variasi Linux dan bahkan system operasi Android. Menurut Google, dunia telah berganti dri model PC built-in untuk individu bekerja offline, menjadi bisnis sharing file antar tempat kerja secara online dimana saja dan kapan saja. Perpindahan tersebut secara otomatis mengurangi pentingnya proses power dan kompleksitas system operasi. Alasan lainnya adalah untuk kemudahan user ketika update status Facebook, editing foto atau video yang membutuhkan kecepatan dan daya tahan baterai yang lama.

Ide Google ini memiliki tujuan, untuk membuat system operasi yang cepat, aman, dan ringan untuk dijalankan di device portable. Google Chrome OS ini bekerja dengan metode baru ‘windowing’ atau switching antara multi aplikasi. Dengan adanya user interface baru ini dapat menangani penyimpanan data, file dan aplikasi. Selain itu, Google Chrome OS ini juga akan menggunakan standard web seperti HTML 5, yang merupakan pengembangan software di browser yang berbasis system operasi, yang mudah dipahami developer di era Web 2.0 sekarang ini.

Namun, ide system operasi Chrome OS ini bukan yang pertama, karena sebelumnya Palm telah merilis WebOS di Palm Pre sebagai pengembangan web-friendly di engine browser yang berbasis Linux. Google Chrome OS ini memiliki cakupan lebih luas dibanding WebOS dari Palm, yang memiliki semua aplikasi dan layanan web yang bisa dilakukan melalui komputer, termasuk mengirim email, mengirim dokumen, edit foto, dan browsing web.

“Perbedaan utama Android dan Chrome OS ini, jika Android didesain dari variasi device mulai ponsel hingga netbook. Sedangkan Chrome dibuat untuk orang yang menghabiskan banyak waktunya untuk browsing web, dan didesain untuk power komputer range netbook kecil hingga system desktop full-size.” ungkap Google. Google berencana untuk merilis Chrome OZ di akhir tahun ini, dan device berbasis system Chrome OS akan hadir di pertengahan tahun 2010.

Wednesday 15 July 2009

Naff - Senandung Hati Dan Jiwa (Live Accoustic)

Naff - Senandung Hati Dan Jiwa (Live Accoustic)



01. Bila Kau...(Jatuh Cinta)
02. Kenanglah Aku
03. Bila Nanti Kau Milikku
04. Yang Tak Pernah Bisa Mencintaimu
05. Tak Seindah Cinta Yang Semestinya
06. Kau Masih Kekasihku
07. Bila Aku Pulang
08. Sampai Kapan
09. Ku Ingin Kau Selalu Ada
10. A.N.G
11. Seharusnya Kita
12. Sebaiknya
13. Terendap Laraku
14. Akhirnya Ku Menemukanmu



Dongeng Berdarah Kampung Terapung

Pertengahan November 2008, kelurahan Bidaracina, Jakarta Timur, bak kampung terapung. Air keruh kecoklatan Kali Ciliwung meluap ke rumah-rumah warga. Di Gang Solihun, ketinggian air mencapai pinggang orang dewasa. Rumah Muhammad Ali Syafei, 83 tahun, pun terendam. “Saya suka sedih kalau melihat kondisi Kali Ciliwung sekarang,” ujarnya saat berbincang dengan VIVAnews.

Ia merasakan betul hilangnya keindahan Ciliwung. Baginya, kali itu menyimpan banyak kenangan. Kali sepanjang 60 kilometer itu menjadi saksi bisu perjalanan sejarah Bidaracina.

Bang Ali menerawang. Cerita turun temurun, Bidaracina dulu adalah daerah resapan air. Hutan dengan aneka pepohonan membentang. Terbelah aliran Ciliwung yang jernih. Kecipak air dari sejumlah dayung perahu pun bersahutan dengan kicau burung.

Penumpang perahu adalah para saudagar Cina dari Depok dan Bogor. Banyak dari mereka yang menambatkan perahu di kawasan Bidaracina, sebelum melanjutkan perjalanan dengan berjalan kaki ke Mester (Jatinegara).

Polah mereka ternyata mengusik warga setempat. Mereka pun menjadi sasaran kejahatan. Banyak dari mereka yang dibunuh dan dirampok. “Makanya dikenal sebagai daerah Cina Berdarah,” ujar Bang Ali. “Mereka dibegal dan dibunuh. Barang rampasannya dibagi ke masyarakat setempat. Ya kayak si Pitung, ngerampok buat rakyat Betawi yang kesusahan.”

Cerita lain, Kampung Bidaracina tumbuh seiring pembantaian ribuan warga Cina di Batavia pada 1740. Banyak warga Cina yang lari ke hutan-hutan di luar benteng kota Batavia (sekitar Pasar Ikan hingga Stasiun Kota). Mereka melarikan diri dengan kondisi terluka.

Mereka yang lari ke hutan terus dikejar. Mereka terbantai di hutan-hutan, termasuk hutan di kawasan selatan Mester. Cerita selanjutnya sama. Warga mengidentikan kawasan itu sebagai daerah Cina Berdarah, yang dalam perkembangannya menjadi Bidaracina.

Adolf Heuken, peneliti sejarah Jakarta asal Jerman, menganggap cerita Cina Berdarah sebagai dongeng belaka. Berbagai literatur yang ia temukan menyebut, penamaan Bidaracina justru erat dengan pohon bidara.

Pada masa Hindia Belanda, ada seorang Cina yang menandatangani kontrak untuk menanami kawasan benteng Noordwijk (kini Pasar Baru) dengan pohon. Kontrak tertanggal 9 Oktober 1684 itu, dibuat Notaris Reguleth. Kontrak memang hanya menyebut Noordwijk, tapi gerakan tanam pohon itu melebar ke kawasan timur kota Batavia.

Saking banyaknya orang Cina yang menanam pohon bidara di selatan Mester (Jatinegara), disebutlah kawasan itu sebagai Bidaracina. “Soal Cina berdarah atau ceceran darah Cina di sana, itu hanya dongeng yang perlahan dianggap fakta,” ujar Adolf.

Terlepas dari asal usul namanya, Bidaracina telah berubah wujud. Dari area resapan penuh pepohonan menjadi kampung terapung. Hampir setiap musim hujan, kawasan itu menjadi langganan banjir. Tentu saja bukan banjir darah orang Cina.

Jejak Sang Mayor di Bandara Pertama

Bandara Kemayoran sempat menjadi bandara internasional di Jakarta. Namanya tenggelam sejak peresmian Soekarno-Hatta dan Halim Perdanakusuma.

Makin menghilang lagi karena ditutup tahun 1985. Padahal Bandara Kemayoran menyimpan sejarah unik bagi perkembangan dunia dirgantara Indonesia.

Kawasan ini menjadi saksi bisu beroperasinya pesawat terbang baik sipil maupun militer mulai dari yang bermesin piston, turboprop dan sampai jet.

Nama kemayoran diambil karena banyaknya sang mayor yang tinggal di kawasan ini. "Sebelum dibangun lapangan terbang daerah ini belum punya nama," kata salah satu sesepuh Kemayoran Haji Abdul Rasid, 76 tahun kepada VIVAnews.

"Hanya nama lokal saja seperti Kampung Utan, karena memang wilayah di sini dulunya hutan," sambungnya.

Namun, setelah dibangun bandara oleh Belanda tahun 1929, dibuatlah camp-camp (asrama) di Jalan Garuda untuk para tentara Belanda. Di situlah ditempatkan tentara berpangkat mayor-mayor.

Ketika itu banyak orang pribumi dari luar misalnya Senen dan Kampung Melayu yang bekerja di sana. "Saat ditanyakan mau kemana. Mereka bilang mau ke rumah mayor, biar lebih enak dan singkat bilangnya Kemayoran," ungkapnya.

Dari situlah nama Kemayoran menjadi populer. "Sejak itu kawasan bandara itu dinamakan Kemayoran," ujar pria kelahiran 1933 itu.

Namun ada cerita lain soal sejarah Kemayoran. Nama kawasan biasa disebut Mayoran, seperti yang tercantum dalam Plakaatboek (Van der Chijs XIV:536), dan sebuah iklan pada Java Government Gazette 24 Februari 1816.

Kisah ini dimulai dengan keberadaan Isaac de Saint Martin. Pemilik tanah ini memiliki tanah yang sangat luas dan tersebar di beberapa tempat, antara lain di Bekasi, di Cinere (dahulu disebut Ci Kanyere) sebelah timur Sungai Krukut di Tegalangus dan di kawasan Ancol. Luas lahannya ribuan hektar.

Nama aslinya, adalah Isaac de I’ Ostale de Saint Martin, lahir tahun 1629 di Oleron, Bearn, Prancis. Karena sesuatu sebab ia meninggalkan tanah airnya, dan membaktikan dirinya kepada VOC.

Pada tahun 1662 ia tercatat sudah berpangkat Letnan, ikut serta dalam peperangan di Cochin. Dengan pangkat mayor ia terlibat dalam peperangan di Jawa Tengah dan Jawa Timur, ketika VOC membantu Mataram menghadapi Pangeran Trunojoyo.

Pada Maret 1682 dia bersama Kapten Tack, ditugaskan untuk membantu Sultan Haji menghadapi ayahnya Sultan Ageng Tirtayasa.

Saat perang berlangsung, dia mulai merasa benci kepada Kapten Jonker, yang dianggapnya arogan.

Setelah perang itu selesai, dengan berbagai cara ia berusaha agar Jonker dikucilkan. Dan ternyata usahanya berhasil. Karena merasa dikucilkan, Jonker akhirnya bangkit melawan VOC walupun gagal.

Bandara Kemayoran diresmikan sebagai lapangan terbang internasional pada tanggal 8 Juli 1940 dan dikelola oleh KNILM (Koninklijke Nederlands Indische Luchtvaart Maatschappy) yang sekaligus menjadi kepanjangan tangan dari Maskapai KLM Belanda.

Proyek pembangunannya telah dimulai sejak enam tahun yang lalu oleh pemerintah Hindia Belanda.

"Tahun 1935 saya kena gusur, dulunya saya tinggal di dekat lapangan terbang atau terminal lama (tempat keberangkatan penumpang) Kemayoran," kata kakek yang memiliki 19 cucu itu.

Sejak itulah dirinya bersama ayahnya harus pindah di daerah Utan Panjang hingga sekarang. Kemayoran adalah bandara komersil pertama yang dimiliki Indonesia.

Meskipun hanya pesawat Dakota (jenis pesawat kecil dengan daya angkut 60 orang) yang biasa mendarat di fasilitas ini. "Kebanyakan orang Belanda atau bangsawan yang bisa berpergian menggunakan pesawat saat itu," paparnya.

Dia menjelaskan, tanggal 31 Maret 1985 ditetapkan sebagai tanggal berhenti beroperasinya Bandara Kemayoran. Kemayoran ditutup karena sudah dianggap tidak layak lagi sebagai bandar udara mengingat letaknya agak di tengah kota dan demi pembangunan wilayah Jakarta Utara.

Setelah ditutup, suasana masih tetap seperti sedia kala walau tanpa operasi dan aktivitas penerbangan.

Setelah resmi ditutup, area bandara Kemayoran seluas 454 hektar diambilalih oleh pemerintah dari Perum Angkasa Pura I, sebagai aset negara berdasarkan Perpu Nomor 31 tahun 1985.

Eks bandara Kemayoran dengan letaknya yang stategis menjadi rebutan bagi pengusaha properti dan kontraktor.

Sekarang ini di kawasan Kota Baru Kemayoran telah berdiri Mega Glodok Kemayoran, RS Mitra Kemayoran, Masjid Kemayoran, dan deretan apartemen seperti The View, Mediterenia Kemayoran, dan Puri Kemayoran.

Selain itu, perhelatan akbar juga digelar di sini seperti Pekan Raya Jakarta yang dibuka tiap tahun pada ulang tahun Jakarta selama sebulan.

Saat ini Abdul Rasid hanya bisa bernostalgia jika melihat menara pengawas dan terminal keberangkatan yang sampai saat ini masih berdiri kokoh di tengah-tengah himpitan gedung-gedung perkantoran dan perbelanjaan.

"Memang jejak sang Mayor hanya bisa diingat dengan adanya 2 bangunan itu," tutupnya.